This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rumah Pohon Bukan hanya tempat Selfie tapi Tempat Education

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 16 Oktober 2016

IDE TERCIPTANYA RUMAH POHON

Berasal dari kegelisahan dan disebabkan akibat rusaknya sebahagian besar mental masyarakat Indonesia pada umumnya dan ketidak adilan yang merata disetiap daerah di Negeri ini, terutama dalam hal pendidikan dan ketidak pedulian terhadap lingkungan hidup dan kurangnya pemahaman terhadap seni ditengah-tengah masyarakat.
Kebodohan dimana-mana yang menyebabkan hilangnya nilai-nilai kemanusiaan sekaligus hal tersebut yang berperan besar mengikis adat istiadat dan budaya.
Dari keadaan ini menjadikan sebahagian besar masyarakat kita Indonesia menjadi lebih mementingkan dirinya sendiri dibanding menjunjung tinggi sistem gotongroyong yang sudah membudaya pada bangsa kita sejak lama dan kini semakin hilang.
Lalu dengan kasat mata kita sudah melihat bukti miris akibat kurangnya pendidikan dan rusaknya mental dari generasi-kegenerasi dan ini beberapa contoh sikap tersebut adalah: membuang sampah dengan sembarangan, menebang pohon demi keuntungan pribadi, megabaikan pendidikan masyarakat agar tetap bisa dibodohi dan hal yang patut di tambahkan di sini mengenai layaknya pribahasa yang berbunyi: hendaklah ucapanmu sesuai dengan perbuatanmu dan hal ini sangat terlihat jelas dihadapan kita semua namun tak dihiraukan, kejadian ini terpahat jelas pada penyandang nama pecinta alam yang terbukti banyak diantara mereka yang belum memahami judul yang mereka semat dalam sumpah kode etik pecinta alam.
Lalu di sisi yang berpendidikan banyak diantaranya menjadikan ilmu sebagai asessioris mempercantik diri sendiri atau dengan ilmu yang mereka punya sebahagian lagi mengikat sahabat demi martabat. Di bagian ini kita banyak yang sudah kehilangan rasa untuk sesama.
Jadi dari fenomena kerusakan sistem prilaku manusia pada Zaman ini, maka hendaklah kita mulai berbenah dengan cara merevolusi nasional mental dalam sikap pembelajaran dari hari-kehari agar bisa menjadi lebih baik.
Berdasarkan dari banyak hal yang dilihat sertapula yang dirasakan maka munculah ide untuk membuat suatu wadah yang kita sebut Rumah Pohon, dimana tempat ini bertujuan adalah lebih kepada Wisata pendidikan, terutama untuk mengenal bahasa asing yakni bahasa inggris yang menjadi ibu bahasa didunia atau yang kita kenal sebagai bahasa internasional. Bahasa inggris kedepannya sangat kita butuhkan sebab itu kita mengutamakan bahasa ini untuk dipelajari oleh khalayak umum, gunanya adalah agar mempermudah kita untuk berkomunikasi dan memperkenalkan apa yang kita miliki dan terlebih-lebih memahami tujuan dan niat mereka agar kita tidak tersesat dimasa mendatang dalam menyambut kedatangan Masayarakat Ekonomi Asean yang di singkat dengan (MEA), atau yang tidak kalah pentingnya lagi adalah mempersiapkan diri terutama mental untuk berhadapan dengan masa Perdagangan Bebas, yang dimana masa ini pemerintah tidak melakukan diskriminasi terhadap impor atau ekspor. Perdagangan bebas dicontohkan oleh area ekonomi Eropa/Uni Eropa dan perjanjian perdagangan bebas Amerika yang telah mendirikan pasar terbuka dengan sangat sedikit pembatasan perdagangan. Sebagian besar Negara-Negara saat ini adalah anggota dari perjanjian perdagangan multilatererial Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Yang dimana dimasa ini tenaga asing atau orang asing akan bebas keluar masuk ke Indonesia, maka sebab itu kita sudah selayaknya mengenal bahasa inggris sebagai alat berkomunikasi untuk bisa menghadapinya.
Dan pendidikan kedua yang kita terapkan diproject Rumah pohon ini adalah mengenai kreatifitas, dimana kita semua tentu sudah memahami bagaimana mahalnya sebuah kereasi yang dicipta dari ide menjadi karya dan disini kita mulai mencoba memperkenalkan Recycle Creative atau yang lebih akrab kita menyebutnya dengan mengkrasikan barang yang sudah tidak layak pakai/barang bekas, menjadi sesuatu yang lebih baik dan bernilai seni. Selain berkreasi kita juga setidaknya sudah turut membantu menjaga lingkungan agar terbebas dari dampak sampah dan kerusakan.
Ketiga dari beberapa kegiatan yang kita lakukan adalah tidak kalah sangat pentingnya dengan yang sebelumnya, yakni mengenai Organic Farming (Menanam Tanpa Pestisida). Tentu semua kita mengenal pestisida yang mengandung zat kimia dan zat tersebut apabila kita semprotkan ketanaman maka akan mengendap dan tidak akan bisa dihilangkan baik dari tanah ataupun tanaman yang terkena.
Apabila mengendap didalam tanah maka akan berpotensi menghilangkan zat humus dan meningkatkan Zat asam pada tanah berlahan-lahan sehingga bila ditanami tidak akan subur atau tumbuh dengan baik kembali bahkan berpotisi tidak akan bisa ditumbuhi apapun bila ditanamai akibat endapan kimia yang sudah merusak unsur humus daripada tanah tersebut dan bayangkan jika zat tersebut sudah mengendap pada sayur atau buah yang kita makan maka besar kemungkinan dengan berlahan kita akan mudah kehilangan imun/daya tahan tubuh bahkan zat tersebut mampu mempersingkat umur kehidupan kita semua.
Bila kita kembali kemasa lalu, mengingat Negara kita adalah Negara yang subur dimana nenek moyang kita mampu menanam tanpa menggunakan pestisida dimasanya dan mereka berhasil dengan baik lalu hidup dengan sehat dan panjang umur, lalu itu sangat bertolak belakang dengan generasinya seperti sekarang yang kita semua rasakan ini tersebut.
Maka sudah semestinya kita mulailah kembali kepada sistem terobosan yang sudah pernah berhasil dilakukan oleh pendahulu-pendahulu kita, jangan kita terus berdiam diri dan merelakan kita semua diperdaya oleh sang pencipta pestisida yakni MONSANTO. Yang sudah memanipolitik pangan menjadi ajang bisnis berkedok baik sementara.
Lalu berikutnya mengikuti semua kegiatan yang kita lakukan disini tidak terlepas dari pendidikian dan pula berkesenian, baik itu melukis dengan menggunakan kopi sisa-sisa yang sudah diminum, photografhy, membangun dengan menggunakan barang bekas yang tentunya non organic ataupun menghijaukan kembali yang lebih dikenal dengan sebutan Reboisasi dan sebagainya dan inilah tujuan utama mengapa kami menciptakan wadah seperti Rumah Pohon untuk kita semua bisa berbuat sesuatu bersama sama demi mewujudkan hal yang positif dan lebih baik tentunya.
Dimana project Rumah pohon ini tersebut, sebelum dibangun di: Jln.Poros Maipi Desa Kamiri,Baloli atau yang lebih di kenal dengan sebutan Balebo, Masamba Luwu Utara Sulawesi Selatan, Sudah ada dibeberapa daerah lain di Indonesia seperti: Kerinci,Mentawai,Palu Sulawesi Tengah, Sampit, Puncak Jaya, Kutabuluh Simole Kabupaten Karo Sumatera Utara, Belambangan Umpu Lampung, Bande Alit Jember Jawa Timur, Almahera Utara dan Bali.
Kegiatan ini berdiri atas inisiatif sendiri tanpa bantuan dari pihak manapun apalagi didanai oleh seorang seponsor terkeculai bantuan dari pemuda daerah tempat dimana project rumah pohon ini tersebut sedang dibangun dan bukan berarti kegiatan ini menutup diri dari pemerintahan atau siapapun mereka yang memang bertujuan untuk membangun manusia dan daerahnya agar bisa lebih baik dan lebih berkembang lagi, maka kami sangat menerima dengan senang hati serta syukur sebab masih ada yang mau peduli tentang hal perbaikan.


EDIYANTA SINUAJI

Rabu, 05 Oktober 2016

Ajar dan Tanamkan

Disini kita sudah mengetahui betapa rusaknya hutan yang di akibatkan penebangan liar ataupun sebab pembukaan lahan perkebunan di tambah lagi karena kebakaran hutan.Jadi deforestasi hutan di Indonesia rata rata adalah 680.000 hektar pertahun. maka dari luas hutan Indonesia keseluruhan kurang lebih 133.300.543,98 dan beberapa tahun kedepan hutan kita mungkin akan menjadi cerita saja, bila kita tidak mencoba memperbaiki dan menjaganya.
Karena kerusakan hutan kita yang cukup pesat maka alam berangsur angsur mulai berubah, cuaca tidak menentu panas semakin panas karena lapisan ozon semakin menipis, banjir dimana mana sebab hutan tidak lagi mampu menahan endapan air. Selain itu maka sudah tentu banyak mahluk hidup yang kehilangan tempat tinggalnya.
Maka kini keadaan ini yang kita sebut: Global warming. Kira-kira hampir sebagian orang sudah mengetahui istilah tersebut. Global warming atau yang dalam bahasa Indonesia “Pemanasan Global” adalah peristiwa kenaikan suhu di permukaan bumi yang dapat memberikan dampak negatif bagi para penghuni bumi itu sendiri. Yang menjadi masalah adalah pemanasan global justru timbul karena ulah manusia tersebut. Banyak yang masih menganggapnya sebagai angin lalu. Dalam artian mereka sudah tahu tentang bahaya yang ditimbulkan namun tidak menyikapinya dengan serius.
Dampak pemanasan global tidaklah muncul secara tiba-tiba. Melainkan perlahan namun akan membawa efek yang lebih besar lagi seiring berjalannya waktu. Saat itulah banyak orang yang baru sadar mengenai adanya pemanasan global tersebut. Di sinilah peran anak anak remaja sangat dibutuhkan sebagai generasi penerus. Namun ironisnya, hanya sebagian kecil saja yang sudah sadar mengenai hal ini.
Sebagian atau mungkin hampir kebanyak anak anak remaja sudah tahu pemanasan global secara teori. Maksudnya hanya sekedar tahu, namun tidak melakukan pencegahan dan sebagainya. Contoh nyata, saat ada pelajaran yang membahas mengenai hal ini, mereka sudah benar menjawabnya. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari masih saja ada yang membuang sampah sembarangan. Padahal tempat sampah sudah disediakan.
Tentunya sebagian dari kita sudah tahu apa saja yang menyebabkan terjadinya pemanasan global. Ya, menipisnya lapisan ozon bumi sehingga cahaya matahari tidak dapat ‘disaring’ dengan baik, dan akhirnya timbul panas yang berlebihan pada permukaan bumi. Itulah mengapa kita sering merasakan sinar matahari yang sangat terik. Lalu mengapa lapisan ozon kita bisa menipis?
Perlu diketahui manusia menjadi ‘dalang’ dibalik masalah ini. Karena ulah manusia-lah hal tersebut dapat terjadi. Penggunaan pendingin ruangan (AC) yang berlebihan, efek rumah kaca, penggunaan hair spray dan aerosol merupakan beberapa contoh dari penyebab pemanasan global yang bisa menimbulkan bahaya yang cukup serius bagi kelangsungan hidup manusia. Apa saja?
Salah satu akibat yang ditimbulkan adalah adanya hujan asam atau acid rain. Hujan ini secara alami di hasilkan oleh aktivitas gunung berapi dan dari proses biologis di tanah, rawa maupun laut. Tetapi mayoritas hujan asam dihasilkan oleh aktivitas manusia seperti polusi kendaraan bermotor, pabrik industri, pembangkit tenaga listrik, dan pabrik pengolahan pertanian (terutama ammonia). Gas-gas yang dihasilkan terbawa angin hingga atmosfer sebelum menjadi asam dan terdeposit ke tanah.
Dampak yang lebih parah ialah mencairnya kutub selatan. Hal ini bisa membuat permukaan air laut meninggi sehingga dapat menenggelamkan pulau-pulau kecil dan makhluk hidup di dalamnya.
Dari berbagai masalah yang ditimbulkan, sebuah pertanyaan muncul. Apa yang harus kita lakukan? Bagaimana menanggulanginya? Kini peran generasi muda-lah yang sedang dibutuhkan. Kedisiplinan untuk menjalani hidup sehat hendaknya diterapkan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Dengan mengurangi penggunaan pendingin ruangan dan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, kita sudah mengurangi jumlah polusi udara. Sehingga dapat meminimalisir dampak pemanasan global ke tingkat yang lebih serius. Pemerintah dan beberapa kelompok masyarakat saat ini juga sudah menerapkan gaya hidup ‘Go Green’ yakni menerapkan pola hidup sehat dengan peduli pada lingkungan. Bila kita sudah bisa dan memiliki kesadaran dari diri sendiri, kita dapat memiliki hidup yang lebih baik bagi generasi selanjutnya.
Disini yang perlu di tekankan adalah Mari kita Sadari betapa pentingnya semesta alam bagi kelangsungan mahluk hidup yang ada di dalamnya, untuk generasi ke generasi yang akan datang dan mulailah sadar dari sekarang sebelum semua terlanjur musnah. Maka ajar generasi muda dan tanamkanlah, hijaukan kembali hutan, sejukkan Bumi lagi Adalah tugas kita bersama.